Sistem Subak
Lokasi:
Sebuah terasering di
Bali
Kronologi:
Abad ke 11 Masehi
Deskripsi Diorama:
Suatu persawahan terhampar dari
lereng bukit hingga ke lembah dengan sebuah sungai untuk mengairi seluruh sawah
secara merata. Juga terlihat pura Ulunsuwi
(Suatu tempat pemujaan untuk memuja Dewi Sri), sebagai salah satu dari tiga
elemen konsep Tri Hita Karana. Konsep
tersebut mengajarkan kepada umat Hindu tentang pentingnya menjaga keseimbangan
dan harmoni di antara tiga elemen untuk mencapai kesejahteraan, seperti:
1.
Parhyangan
(Tuhan)
2.
Pawongan
(Makhluk Hidup)
3.
Palemahan
(Lingkungan Hidup)
Tampak pula
beberapa petani yang sedang bekerja di lahan persawahan.
Sekitar abad
ke-11 Masehi, Sri Aji Anak Wungsu menggantikan Marakata Pangkaja. Beliau adalah
putra bungsu dari Gunapriya Dharmapatni. Beliau melanjutkan sistem ketatanegaraan
dan kehidupan kemasyarakatan yang mana telah diatur dengan baik oleh para
pendahulunya. Tanah atau lahan pekraman dibagikan setiap kepala keluarga di
masyarakat. Hutan dibuka untuk dijadikan sawah atau ladang. Pada zaman ini pula
sistem Subak diperkenalkan.Subak adalah organisasi irigasi
tradisional di Bali yang mengatur tentang distribusi pengairandengan membangun
bendungan sederhana (empelan), saluran air (telabah), terowongan (aungan),
serta peraturan-peraturan (awig-awig) baik yang berkaitan dengan distribusi
air, kewajiban – kewajiban (ayahan) maupun sanksi. Pada masa ini pula dibangun
percandian Gunung Kawi di Tampak Siring, Gianyar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar