BALI PADA MASA PERUNDAGIAN
Lokasi:
Sebuah pemukiman di Pulau Bali
Kronologi:
2.500 tahun yang lalu
Deskripsi Diorama:
Orang-orang akan menguburkan mayat yang disimpan dalam sarkofagus, dilengkapi dengan bekal kubur seperti perhiasan dan manik-manik. Sementara beberapa orang lainnya sedang memahat wadah dari perunggu disebut nekara, dan di kejauhan menhir juga terlihat.
Masa
perundagian diperkirakan diawali sekitar 2500 tahun yang lalu. Ciri-ciri utama
pada masa ini adalah mereka telah hidup menetap. Mereka telah menguasai teknologi
sederhana pembuatan tembikar tanah liat dan teknologi melebur logam. Sebagian
besar alat-alat mereka terbuat dari tanah liat yang mudah pecah, sehingga sulit
untuk dibawa kemana-mana. Hidup mereka mulai teratur dan sistem pembagian tugas
telah diperkenalkan dalam kehidupan sosial mereka. Dalam sistem pemakaman
mereka menggunakan sarkofagus sebagai peti untuk orang mati khususnya bagi
mereka yang memiliki status sosial yang tinggi seperti: kepala desa atau kepala
suku.
Sejumlah
sarkofagus ditemukan di banyak desa di Bali seperti di desa Nongan (Kabupaten
Karangasem), Bejing dan desa Sengguan (Kabupaten Klungkung), Bedulu, Mas, dan
desa Tegalalang (Kabupaten Gianyar), desa Plaga(Kabupaten Badung), Ambyarsari
dan desa Pangkungliplip (Kabupaten Jembrana), Poh Asem dan desa Tigawasa
(Kabupaten Buleleng), dan lain-lain. Sarkofagus ini ditemukan bersama dengan
bekal kubur seperti benda-benda perunggu seperti gelang dan kapak.
Salah satu
peninggalan palaeometalitikum yang paling penting adalah wadah perunggu yang
khas yang disebut nekara yang sekarang masih tersimpan di pura
Penataran Sasih di Kabupaten Gianyar. Ini adalah nekara terbesar yang ditemukan
di Asia Tenggara dengan panjang 1,86 meter dan diameter 1,60 meter. Fungsi
nekara tersebut adalah alat upacara untuk memanggil hujan. Ini menunjukkan
bahwa nekara adalah produk teknologi canggih dan juga produk kesenian yang
dapat dihasilkan pada masa itu. Ini dapat dilihat dari pola ornamen yang berupa
gambar binatang, bulu burung, sepasang topeng, kodok, dan lain-lain. Nekara ini
diperkirakan dibuat di Bali, karena cetakan dengan pola yang sama ditemukan di
Desa Manuaba , Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar