PERSIAPAN SAGUNG WAH MELAWAN BELANDA
Lokasi:
Desa Wongaya Gede, Tabanan
Kronologi:
Tahun 1906
Deskripsi Diorama:
Sagung Wah sedang membakar semangat dan memberi perintah
kepada laskar Tabanan untuk menghadapi serangan tentara Belanda. Di latar
beakang tampak Pura Luhur Batukaru, hutan, semak belukar dan Gunung Batukaru.
Setelah jatuhnya Kerajaan Badung ke
tangan Belanda pada tanggal 20 September 1906, Belanda melanjutkan serangan ke
Tabanan. Guna menghindari korban yang lebih banyak, Raja Tabanan beserta
pengikutnya memilih menyerah dan sebagian diasingkan ke Lombok. Namun salah
seorang saudara perempuan raja yang bernama Sagung Wah melarikan diri ke Desa
Wongaya Gede di kaki Gunung Batukaru.
Di desa ini beliau membangkitkan
semangat rakyat dan para Kubayan, menyusun kekuatan untuk menghadapi Belanda di
Puri Tabanan. Dengan keyakinan dan semangat yang berkobar-kobar, pada tanggal
28 November 1906, Sagung Wah memimpin rakyat Jatiluwih, Bongli, Tegayang,
Sangketan, Tegallinggah, Rejasa, dan Cangkup bergerak menyerang kedudukan
Belanda di Tabanan.
Dari Penatahan pasukan bergerak ke timur
melalui Desa Sigaran, Jegu, Benana dan Buruan, sampai di Wanasari pasukan
diistirahatkan. Sampai di Tuakilang pasukan disiapkan, Sagung Wah memimpin
pasukan paling depan dengan berpakaian serba putih sambil memegang keris pusaka
Ki Gedebong Belus dan Ki Tinjak Lesung. Ia didampingi oleh kepala pasukan Pan
Renteh, Pan Tembah, dan I Gede Pered. Disusul pasukan terpilih dipimpin Pan
Geria, Pan Kandar (Mekel Mangku) sebanyak 45 orang, kemudian di belakangnya
menyusul laskar rakyat. Kedua pihak yang bermusuhan ini bertemu di sebelah
utara Desa Pasekan. Belanda yang memiliki keunggulan persenjataan dan serdadu
terlatih ditambah mata-mata dimana-mana berhasil mengetahui dan
memporakporandakan laskar Sagung Wah dan menangkapnya dan kemudian dibuang ke
Pulau Lombok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar