PERLAWANAN RAKYAT BANJAR
Lokasi:
Areal
persawahan Desa Banjar, Buleleng
Kronologi:
Tahun
1868 Masehi
Deskripsi Diorama:
Suasana pertempuran rakyat
Banjar melawan Belanda di desa Banjar dengan latar belakang rumah-rumah
penduduk yang telah dibakar oleh Belanda dan lahan persawahan yang subur.
Setelah mengakhiri Perang
Jagaraga pada 18 April 1849, maka mulailah kekuasaan Belanda atas wilayah
Kerajaan Buleleng. Dengan kekuasaannya tersebut, Belanda mengangkat pejabat
mulai dari raja hingga tingkat kepala desa untuk distrik. Di beberapa tempat
rakyat Bali mencoba melakukan tindakan perlawanan. Diantaranya dilakukan oleh
Raja Jembrana I Gusti Putu Ngurah (1856), I Nyoman Gempol seorang punggawa kota
Singaraja (1858), I Gusti Ngurah Rai dan Anak Agung Nyoman Karangasem dari
Kerajaan Buleleng (1859). Perlawanan tersebut belum sempat menjadi besar karena
Belanda dengan cepat telah mengetahui sikap dan gerak - gerik mereka. Dengan
alasan mengganggu keamanan dan ketentraman, Belanda menangkap dan mengasingkan
mereka ke Pulau Sumatra.
Di wilayah Banjar dan sekitarnya,
perlawanan dipimpin oleh Ida Made Rai yang menjadi Kepala Distrik sejak tahun
1854 dibantu Ida Nyoman Ngurah, Ida Made Tamu, I Made Guliang, I Kamasan, Ni
Blegung, dan lain-lain. Oleh karena kekuatan tempur Belanda di Kerajaan
Buleleng tidak cukup kuat, maka pada tanggal 16 September 1868 didatangkan
pasukan tambahan dari Banyuwangi menggunakan kapal Bromo Agung, Cycloop,
Amsterdam, dan sebuah kapal dagang yang berlabuh di pantai Temukus. Dua kali
Belanda melakukan penyerangan.
Pertama di bawah Mayor Van
Hemskerck mengalami kegagalan dan kehancuran karena terperangkap oleh sistem
pertahanan parit ranjau yang dibangun pihak Banjar, dan prajurit Belanda kurang
menguasai medan.
Penyerangan kedua pada tanggal
24 Oktober 1868 dipimpin oleh Kolonel D.J. deBrabant dengan 700 pasukan. Satu
persatu desa di sekitar Banjar jatuh ketangan Belanda.
Pada tanggal 27 November 1868
Perang Banjar berakhir. Rakyat Banjar disiksa secara kejam, mula-mula sisa
pasukan wanita Ni Blegung ditangkap, kemudian Ida Made Rai dan pengikutnya di
Desa Den Kayu. Pada tanggal 2 Maret 1869, I Made Guliang tewas di Desa Wongaya
dalam pelariannya ke arah Mengwi dan Tabanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar