Selasa, 19 Oktober 2021

DIORAMA 33

BALI DALAM MENGISI KEMERDEKAAN


Lokasi:

Beberapa hasil pembangunan di Bali

Kronologi:  

Tahun 1950-1975'
(video diorama 33)


Deskripsi Diorama:

Pembangunan daerah Bali berlandaskan kebudayaan yang dijiwai oleh Agama Hindu, tampak salah satu bangunan Taman Budaya Bali (Gedung Ksirarnawa) dengan latar belakang gunung Agung yang menjulang tinggi serta aktivitas rakyat dalam berproduksi dan berkesenian yang menjadi pokok kehidupan rakyat Bali. Tampak pula bangunan Gedung DPRD Bali, Kampus Universitas Udayana (pendidikan) dan aktivitas rakyat dalam bidang pertanian/peternakan.


Pada masa agresi militer Belanda kedua di Bali diusahakan berdirinya badan-badan perjuangan yang bersifat gerilya yang lebih efektif, maka pada bulan Juli 1948 dibentuk organisasi perjuangan dengan nama Gerakan Rakyat Indonesia Merdeka (GRIM) dan tanggal 27 November 1948 dia bergabung dengan organisasi perjuangan lainnya dengan mengubah nama Pemerintah Darurat Republik Sunda Kecil.

Pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS) Komisi Militer Indonesia Timur menyerukan kepada para anggota PDRI yang masih tinggal di gunung-gunung agar turun gunung dan disatukan dalam bentuk Kesatuan Tentara Arjuna. Sejak tahun 1950, KTA dijadikan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat.

Sementara pada Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung pada tanggal 27 Desember 1949, pemerintah Belanda akhirnya mau mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan selanjutnya pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah periode kemerdekaan, penataan sistem pemerintahan di Indonesia memunculkan lembaga legislatif seperti DPR untuk daerah Bali dan masing-masing swapraja di Bali. Demikian juga dipilih Kepala Daerahnya. Lembaga ini sebagai pengganti Paruman Agung dan Dewan Raja-Raja.

DIORAMA 32

PERTEMPURAN MARGA / PUPUTAN MARGARANA


Lokasi:

Uma Kaang, Tabanan

Kronologi :

20 November 1946

(video diorama 32)


Deskripsi Diorama : 

Pertempuran pasukan Ciung Wanara dibawah pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai melawan tentara Belanda di Uma Kaang dengan latar tanaman jagung yang menjadi tempat pertahanan pejuang.Pada pertempuran itu Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur bersama pasukannya (PUPUTAN).


Pada tanggal 18 November 1946 malam, setelah melakukan penyergapan terhadap Tangsi NICA di Tabanan serta mendapatkan banyak rampasan senjata dan peluru, I Gusti Ngurah Rai yang didampingi beberapa pimpinan puncak TRI Resimen Sunda Kecil bergerak ke arah Banjar Ole dan Kelaci. Namun pasukan pejuang tersebut selalu diintai oleh Belanda. Tanggal 19 November 1946 penghubung pejuang sudah melaporkan kepada Ngurah Rai yang sedang berada di Kelaci bahwa tentara Belanda sedang menuju Marga.

Pada tanggal 20 November 1946, pagi-pagi benar pasukan Ciung Wanara yang telah mendapat tambahan personil menjadi sembilan puluh empat orang menyiapkan pertahanan disela-sela tanaman jagung persawahan Uma Kaang. Sementara serdadu Belanda menginterogasi dan menyiksa rakyat untuk mencari tahu keberadaan Ngurah Rai. Belanda mengerahkan pasukannya dan terus mengadakan penggerebekan ke rumah-rumah penduduk serta menggiring penduduk untuk berkumpul di depan pasar Marga.

Pada pukul 09.00 pagi terdengar letusan pistol dari Ngurah Rai sebagai tanda penyerangan terhadap serdadu Belanda yang telah masuk pada sasaran tembak. Terjadilah baku tembak yang seru.Banyak serdadu Belanda menjadi korban sehingga membangkitkan kegembiraan pasukan republik dan keluar dari posisi pertahanannya untuk mengejar musuh.

Tiba-tiba pada tengah hari NICA melakukan serangan dari udara dengan pesawat  intai Pipercub. Dengan kedudukan pertahanan yang telah terbuka maka pasukan Ciung Wanara dibombardir oleh serangan darat dan udara, sehingga Belanda berhasil menghancurkan kekuatan Ngurah Rai

DIORAMA 31

PERTEMPURAN TANAH ARON


Lokasi:

Tanah Aron, Karangasem

Kronologi:

 7 Juli 1946

Deskripsi Diorama:

Di Tanah Aron yang terletak di lereng Gunung Agung Karangasem terjadi pertempuran hebat antara Pasukan Ngurah Rai (Ciung Wanara) melawan pasukan NICA. Dalam pertempuran tersebut 82 serdadu NICA tewas, sedangkan di pihak Ngurah Rai semuanya selamat.


Sebagai suatu bagian dari strategi perang gerilya, maka induk pasukan DPRI memutuskan melakukan Long March dari Munduk Malang menuju Gunung Agung. Pasukan induk dipimpin langsung oleh I Gusti Ngurah Rai tiba di Tanah Aron pada tanggal 5 Juli 1946. Dua hari berada di Tanah Aron, ada laporan bahwa serdadu NICA sudah mulai menempatkan pasukannya di Desa Pidpid, Ababi, Abang, Culik, di mana desa-desa tersebut merupakan pangkalan menuju Tanah Aron.

Mendengar laporan tersebut, I Gusti Ngurah Rai segera berunding dengan pasukannya menyiapkan posisi pertahanan. Pada tanggal 7 Juli 1946 sekitar jam 07.00 pagi pasukan Ngurah Rai telah siap pada posisi yang telah ditentukan. Setengah jam kemudian dari arah barat datanglah rombongan pasukan Belanda dengan kekuatan dua ratus orang.

Pada pukul 09.00 pagi mulai terdengar tembakan dari arah bukit Pawon dipimpin oleh Kapten Markadi. Tak lama berselang dari arah utara terdengar tembakan dari pasukan Tabanan dipimpin Kapten Wijana. Pasukan Belanda bergerak mundur dan turun pada posisi yang menguntungkan Republik. Dengan dibatasi oleh jurang dan jarak sekitar 250 meter, pasukan induk dengan jelas dapat melihat pasukan Belanda. Sebaliknya Belanda tidak menduga dihadapannya telah siap pasukan I Gusti Ngurah Rai dengan persenjataannya. Letnan Dhiasa memerintahkan penembakan dengan senjata 12,5 mm. Terjadilah kontak senjata hingga pukul 15.00 sore. Dalam pertempuran itu delapan puluh dua tentara NICA tewas, sedangkan tak ada korban pada pihak Ngurah Rai. Setelah mengadakan konsolidasi, pasukan Ngurah Rai bergerak menuju Buleleng.

DIORAMA 30

PEMBENTUKAN DEWAN PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA SUNDAKECIL (DPRI SK)


Lokasi:    

Desa Munduk Malang, Tabanan

Kronologi: 

Tahun 1946

(video diorama 30)

Deskripsi Diorama:

Pada tanggal 16 April 1946 di rumah I Dewa Nyoman Jehem di Munduk Malang, Tabanan diadakan rapat untuk pembentukan Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) di bawah pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai.


Setelah ekspedisi di Jawa, I Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali. Sejak tanggal 6 April 1946 induk pasukannya bermarkas di Desa Munduk Malang, Selemadeg Tabanan. Sesuai dengan perintah dari Markas Besar Tentara, maka pada tanggal 6 April 1946 diadakan rapat di Munduk Malang yang dihadiri oleh wakil-wakil dari PRI, TRI, PESINDO yaitu: I Gusti Ngurah Rai, I Gusti Putu Wisnu, Ida Bagus Mahadewa, I Nyoman Mantik, I Made Widja Kusuma, Ida Bagus Lipur, Cokorda Ngurah, I Gusti Ngurah Bonjoran Bayupati, Subroto Aryo Mataram, I Gusti Wayan Debes.

Dalam pertemuan ini disepakati untuk membentuk Markas Besar Umum Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (MBU DPRI SK) dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai. Sedangkan untuk tiap-tiap daerah kabupaten di Bali dibentuk Markas Besar (MB), di kecamatan Markas Cabang, di desa dibentuk Markas Anak Cabang, dan di tingkat banjar dibentuk Markas Anak Ranting

DIORAMA 29

SERANGAN UMUM TERHADAP TANGSI NICA DI DENPASAR


Lokasi:

Tangsi NICA, Denpasar

Kronologi:

Tahun 1946

(video diorama 29)


Deskripsi Diorama:

Penyerbuan terhadap tangsi NICA (Netherland Indies Civil Administration) yang berada di Tangsi Kayumas Kota Denpasar oleh para pemuda pejuang. Salah seorang pemuda yakni Ida Bagus Japa gugur dalam peristiwa tersebut.


Pada tanggal 18 April 1946 di Pagutan, Kuta diadakan rapat untuk merencanakan serangan terhadap tangsi NICA di Kayumas, Kereneng dan Satria. Penyerangan secara umum dipimpin oleh Mayor Sugianyar dan dilaksanakan pada malam hari bulan mati. Tangsi kayumas diserbu oleh pasukan yang dipimpin Ida Bagus Japa dari jurusan timur dan utara. Dengan semangat dan keberanian yang berkobar-kobar, Ida Bagus Japa memerintahkan pasukannya menyerbu dan mengadakan tembakan ke Tangsi NICA. Tetapi naas Beliau sendiri gugur, sehingga pimpinan diambil alih oleh Gusti Ngurah Kusumayudha.

Ketika subuh beranjak pagi, ternyata perlawanan Belanda tidak mengendur, akibatnya pasukan Kusumayudha mundur kearah timur menuju Tegeh Kori dan Penatih untuk menyusun kekuatan, sedangkan Gusti Bagus Sugianyar mundur kearah barat memasuki daerah Tabanan.

DIORAMA 28

PERTEMPURAN LAUT DI SELAT BALI


Lokasi:

Selat Bali

Kronologi:

5 Maret 1946

(video diorama 28)


Deskripsi Diorama :

Pada tanggal 4 Maret 1946 pukul 20.00 malam, rombongan ALRI dipimpin Kapten Markadi yang bertugas membantu perjuangan di provinsi Sunda Kecil berangkat  dari pelabuhan Banyuwangi, Jawa Timur dengan 16 perahu dan 160 pasukan.


Pada tanggal 4 Maret 1946 pukul 20.00 malam, rombongan ALRI dipimpin Kapten Markadi yang bertugas membantu perjuangan di provinsi Sunda Kecil berangkat  dari pelabuhan Banyuwangi, Jawa Timur dengan 16 perahu dan 160 pasukan.

Setelah ditarik motor boat, perahu dilepas di tengah laut mengikuti arus dan arah angin dengan harapan mencapai pantai Cupel dan Candi Kusuma, Bali. Karena diguyur hujan lebat, sebuah perahu terpisah dari iring-iringan. Esok paginya, tiba-tiba dari arah Cupel, dua buah motor boat Belanda bergerak cepat menuju iring-iringan perahu Kapten Markadi. Perahu Markadi mempercepat gerakannya ke pantai tapi kalah cepat dengan kapal motor tentara Belanda. Menyadari keadaan terjepit sebanyak 30 orang anak buah Kapten Markadi menyembunyikan sejata supaya Belanda tidak menduga bahwa mereka tentara.

Perahu Markadi terkejar dan diminta mengulurkan tali dengan maksud menariknya guna mengetahui identitas penumpangnya. Atas anjuran Sumeh Darsono, Markadi mau memberikan tali kepada Belanda. Akan tetapi begitu tali dipegang pihak Belanda, tali ditarik kembali oleh Markadi pelan-pelan. Menyadari bahwa identitas awak perahu diketahui oleh Belanda, Markadi melepas talinya dan memberikan komando kepada anak buahnya untuk menembak Belanda. Terjadilah pertempuran laut antara pasukan ALRI dengan Belanda di Selat Bali. Sebuah kapal Belanda dapat diledakkan dan tengelam dan sebuah lagi kembali ke pangkalannya. Pertempuran yang berlangsung lima belas menit ini memakan korban pihak ALRI Sumeh Darsono dan Sawa Lilaha. Sedangkan pada pihak Belanda, sopir kapal motornya mati dan tenggelam.

DIORAMA 27

PERISTIWA BENDERA DI PELABUHAN BULELENG


Lokasi:

Pelabuhan Buleleng

Kronologi: 

27 OKTOBER 1945

(video diorama 27)


Deskripsi Diorama:

Penyerbuan terhadap tangsi NICA (Netherland Indies Civil Administration) yang berada di Tangsi Kayumas Kota Denpasar oleh para pemuda pejuang. Salah seorang pemuda yakni Ida Bagus Japa gugur dalam peristiwa tersebut.


Insiden ini bermula dari kedatangan kapal berbendera Belanda “Abraham Grijn” yang berlabuh di pelabuhan Buleleng. Kedatangan kapal Belanda membuat gusar hati para pemuda, terlebih-lebih karena para serdadu Belanda juga turun kedarat merampok logistik di gudang pelabuhan dan menggantikan pengibaran Merah Putih di kantor bea cukai dengan bendera Belanda.

Tidak ada tanda-tanda perlawanan dari penduduk Buleleng membuat serdadu Belanda bertindak seenaknya di darat. Menyadari kekurangan persenjataan yang dimiliki, pimpinan BKR Buleleng I Made Putu menyiapkan perang gerilya. Pada hari ketiga tanggal 27 Oktober 1945 dengan bantuan dari pemuda Tabanan dan Badung, Anang Ramli diperintahkan oleh Made Putu menurunkan bendera Belanda dan menggantikan dengan bendera Merah Putih. Mengetahui hal tersebut tentara Belanda dari kapal Abraham Griijn menembaki pemuda di darat. Dalam insiden ini pemuda I Ketut Merta dari Banjar Liligundi gugur terkena tembakan Belanda.

DIORAMA 33

BALI DALAM MENGISI KEMERDEKAAN Lokasi: Beberapa hasil pembangunan di Bali Kronologi:   Tahun 1950-1975' (video diorama 33) Deskripsi D...